Saya termasuk orang yang agak cuek dalam hal berpakaian. Yang penting nyaman saja. Biasanya cukup T- shirt atau polo shirt, jaket, dan celana panjang. Kalau bukan dalam acara (sangat) formal, bertemu dengan siapapun biasanya seperti itu. Kurang sopan ya? Entahlah. Hi hi.
Berbeda kalau masalah makanan. Menurut saya, penampilan itu sangat penting. Dengan tampilan yang menarik, selera makan bisa meningkat berkali-kali lipat. Meskipun kalau ternyata rasanya tidak enak, ya nggak dimakan juga. Ha ha.
Oh iya, selain harus menarik, penyajian makanan juga jangan membuat orang bingung. Bisa gawat!!
Tadi pagi, di meja makan ada semangkuk makanan berkuah tepat di samping rice cooker yang baru berpindah ke mode warming. Sekilas seperti gulai. Sebetulnya saya sudah lama tidak makan gulai. Jadi, saya juga tidak ingat betul. Yang jelas berkuah santan. Sarapan berkuah santan memang tidak disarankan (tapi, sekali-sekali boleh lah). Sebelum saya menuangkan nasi ke mangkuk yang berkuah itu, untung saja saya cicipi dulu kuahnya. Rasanya manis. Seingat saya gulai itu rasanya asin dan gurih. Dan ternyata ini memang bukan gulai, tapi kolak. Hadooh. Saya merasa aneh sendiri. Hampir saja sarapan kolak bercampur nasi. Bagaimana ya rasanya? Gawat kan? Ha ha. Akhirnya, tadi pagi saya sarapan dengan telor dadar saja.
Eh, sekarang sudah waktunya makan siang. Tapi saya mau makan "gulai" yang tadi pagi saja ah. Yuk!
Eh, sekarang sudah waktunya makan siang. Tapi saya mau makan "gulai" yang tadi pagi saja ah. Yuk!
Gulai Rasa Kolak Labu |
Kalau sekarang dilihat lagi bentuknya memang seperti kolak. Jangan-jangan rasanya yang berubah jadi gulai? Ha ha ha.