Sabtu, 14 Mei 2016

Catatan (itu) Penting!

Selama sekolah, sejak SD sampai sekarang (sudah tingkat 4. Hi hi.) saya tidak punya arsip buku catatan yang lengkap. Bukan tidak senang mencatat, tapi ya tidak lengkap saja. Kalau dirata-ratakan, buku catatan saya hanya terisi dengan rapi pada materi-materi awal saja, sekitar 1 bulan pertama. Setiap berganti semester, semangat mencatat selalu muncul pada awal-awalnya saja. Entah kenapa? Kalau sudah mulai masuk ke tengah semester jadi semakin malas mencatat. Mungkin karena tugas-tugas sudah mulai bermunculan, sehingga fokus jadi terbagi. Atau menurut Anda kenapa? Hmm. Entahlah. Pokonya, jadi malas mencatat saja.

Kelihatannya memang sepele. Hanya catatan. Kan masih ada buku acuan?

Ternyata tidak sesederhana itu juga. Kalau sudah dekat ujian, baru lah terasa sulitnya belajar langsung dari buku acuan. Tulisannya terlalu banyak dan juga sulit menandai mana yang penting mana yang tidak. Terlebih kalau buku acuannya lebih dari satu, tebal-tebal, dan berbahasa asing. Hadoh.

Berbeda dengan membaca catatan sendiri. Tulisan yang tertuang pada buku catatan sebagian besar sudah kita pahami saat menuliskannya sehingga saat dibaca ulang, tidak perlu waktu lama untuk memahaminya kembali. Atau tidak juga? Ha ha. Sebetulnya, bisa saja meminjam catatan teman yang rajin mencatat. Tetapi, tetap saja tidak sama dengan catatan sendiri sekalipun catatan teman kita itu lengkap.

Tidak hanya dalam kepentingan akademik, catatan juga berguna dalam setiap kegiatan. Manusia memang tempatnya lupa dan salah. Dalam seminggu atau sebulan mungkin masih bisa ingat. Tapi, kalau sudah tahunan, sudah banyak sekali aktivitas lain yang dilakukan, pasti ada yang lupa. Atau bahkan baru sehari saja sudah lupa? Kalau saya sering begitu. Hi hi.

Kalau catatan Anda bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar