Senin, 22 Februari 2016

Likers asal-asalan

Pengguna media sosial semakin kesini semakin banyak saja. Menurut data yang dirlis We Are Social, pada bulan Januari 2016 pengguna media sosial mencapai 2,307 milyar orang atau sekitar 31% dari penghuni bumi saat ini (saat ini bumi dihuni oleh 7,395 milyar orang). Orang sebanyak itu kalau dikumpulkan di dalam satu bangunan kira-kira bangunannya sebesar apa ya? lalu Bagaimana bentuknya? (jawabannya bisa Anda lihat di sini waitbutwhy.com). Banyak juga ya orang yang tinggal di bumi (sampai-sampai tulisan saya melebar kemana-mana. Hadoh.). Kembali ke masalah pengguna media sosial yang semakin banyak. Sebetulnya saya jadi agak malas menggunakan media sosial. Alasannya karena sudah menjadi mainstream. Kalau sudah mainstream, jadi tidak anti-mainstream lagi hi hi. Tidak, bukan itu alasannya. Fenomena yang sering saya alami adalah likers asal-asalan. Seringkali saya mengunggah tulisan yang cukup panjang (terdiri dari beberapa ratus kata), tapi anehnya baru satu detik sudah ada yang nge-like. Saya tidak tahu kalau manusia bisa membaca secepat itu (jangan-jangan Anda bisa lebih cepat?). Tujuan dari tulisan tersebut diunggah memang untuk mendapat tanggapan, dan tentu saja saya merasa senang kalau tanggapannya positif. Sayangnya, jumlah like yang diberikan terhadap tulisan-tulisan di media sosial tidak lagi bisa dijadikan parameter bahwa pembaca menyukai tulisan saya. Banyak orang yang nge-like hanya untuk meramaikan atau sekedar ikut-ikutan saja. Bagi saya jumlah like tidak masalah, yang penting adalah pesan dari tulisan saya tersampaikan. Tapi kalau tidak ada yang nge-like juga bingung (kemungkinan tidak ada yang suka bahkan tidak ada yang membaca). Akhirnya, saya nge-blog saja lah. Kalau ada pembaca ya bersyukur kalau tidak ya tidak apa-apa (yang penting tanggapannya tidak asal-asalan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar