Selasa, 23 Februari 2016

Mie Instan Instan

Sekarang saya berusaha tidak mengkonsumsi mie instan. Hanya sesekali saja kalau memang sedang pengen. Mie instan memang digemari oleh banyak orang dari semua kalangan dan semua usia (kecuali balita). Selain rasanya enak, varian rasa banyak, cara memasaknya juga praktis. Pilihan yang tepat kalau sedang malas. Dari segi harga juga sangat terjangkau. Jadi, bisa dijadikan pilihan saat sedang malas dan kantong sedang kering.
Kenapa namanya mie instan? Ya, karena memasaknya cukup praktis. Bumbu-bumbunya sudah dalam kemasan yang tinggal dituangkan tanpa perlu susah payah diracik terlebih dahulu. Meskpiun praktis, tetapi tidak instan karena tidak langsung siap makan. Kalau mie instan yang instan biasanya tidak dimasak terlebih dahulu tetapi langsung diremukin kemudian dicampur dengan bumbu. Sebetulnya tidak mengenyangkan, tapi rasa gurih bumbunya cukup ampuh untuk mengusir rasa lapar. Kalau saya lebih suka "jalan tengah" dalam mengkonsumsi mie instan. Tidak instan tapi setengah instan. Jadi, saya langsung buka saja kemasan mie instannya (jangan sampai pinggirnya sobek), keluarkan bumbunya, kemudian seduh dengan air panas. Tinggal tunggu beberapa menit kemudian mie siap untuk disajikan (dan disantap. Sikaat!).

[Mie instan setengah instan yang saya masak waktu tinggal di Asrama ITB Kidang Pananjung]
Namun cara memasak mie instan yang seperti itu sudah saya tinggalkan. Sekarang saya lebih sadar tentang pentingnya kesehatan. Kalaupun sedang ingin makan mie, saya memasaknya sesuai prosedur yang tercantum pada kemasannya (apakah cara memasak mie setengah instan tidak sehat? saya juga hanya menduga saja). Jadi, silahkan saja jika Anda suka mengkonsumsi mie instan. Namun sebaiknya jangan dikonsumsi secara berlebihan karena apapun yang dikonsumsi berlebihan bisa berdampak buruk.

Gara-gara nulis ini, saya jadi lapar dan ingin masak mie instan setengah instan lagi hi hi.

2 komentar:

  1. Mantappp sepp, nih ada tulisan tentang indomie.. wkwkwk

    http://www.jejakpembelajaran.web.id/2016/01/jangan-salahkan-indomie-dong.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha mantap nan, tulisan yg mencerahkan (y)

      Hapus