Kawan! sebelum lanjut membaca, yuk kita jernihkan dulu pikiran agar hasilnya kita tidak bersikap apatis terhadap topik klasik dan berbahaya ini. Ya, minimal kita punya semangat serta kemauan lebih untuk memulainya dari diri sendiri.
Anda tentu sudah sering mendengar, membaca, melihat tayangan di media elektronik, dan sumber-sumber lain kalau nama Indonesia selalu berada di deretan atas dalam hal korupsi. Hal ini tentu bukan sesuatu yang patut kita banggakan, ini memalukan. Korupsi itu bisa dibilang istilah keren dari kegiatan maling atau merampok. Kenapa keren? karena pada umumnya "praktek" ini dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan kemudian kostum yang mereka gunakan pun mirip kostum pejabat atau memang pejabat, tetapi kegiatannya tetap saja jahat yakni maling/merampok. Bahkan dari segi nominal, koruptor ini lebih picik dari seorang maling ayam atau maling sandal. Digit uangnya tak jarang mencapai belasan bahkan kurang keren mungkin kalau belum mencapai belasan. Namun ingat kawan kita tidak bisa menghukumi semua pejabat itu koruptor yang saya bahas disini adalah oknum-oknumnya, yakinlah masih ada pejabat yang berhati mulia dan berkata jujur. Apresiasi untuk mereka! Ingat juga bencilah pada perbuatannya jangan membenci orangnya, justru kewajiban kita adalah mengingatkan. Lanjut, korupsi ini merupakan kejahatan yang merugikan banyak pihak dan boleh dibilang sebagai penghambat paling besar untuk kemajuan suatu negara termasuk negara kita. Bagaimana tidak? semua kebijakan mau sekeren dan sehebat apapun tetap saja akan terhambat bahkan tidak menutup kemungkinan akan gagal apabila anggaran dananya dikorupsi. Pembangunan fasilitas umum tidak akan terlaksana bahkan pembuatan wc umum sekalipun mustahil terwujud kalau masih ada oknum-oknum yang demikian. Yang lebih mengerikan lagi korupsi ini tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat saja akan tetapi di instansi-instansi bawahan sekalipun benih korupsi sudah ada dan tak terbatas pada perangkat negara saja. Agar saya tidak sekedar nulis, silahkan dilihat sendiri :
Kasus Proyek Hambalang
Kasus Bank Century
Kasus Simulator SIM
Kasus Lainnya
Mengerikan. Begitu banyak kasus yang terjadi serta dari berbagai elemen pula. Mungkin di luar sana masih banyak kasus-kasus yang skalanya lebih besar lagi. Namun beberapa contoh di atas sudah cukup membuat hati ini geram. Mungkin saat ini Anda berada di pihak yang sangat menentang korupsi atau bahkan Anda adalah aktivis dalam pergerakan anti korupsi. Tapi, terkadang kita lupa akan satu hal, mereka pun (para koruptor) bukanlah orang-orang yang tidak berpendidikan. Maksudnya, mereka juga dahulunya adalah seorang pelajar yang dididik di sekolah mereka dan pastinya sudah mendapatkan pencerahan tentang korupsi. Lalu mereka pun dahulunya adalah seorang mahasiswa yang memiliki semangat dan idealisme tinggi untuk bergerak memperbaiki bangsa ini. Bahkan bukan tidak mungkin mereka pernah menjadi aktivis anti korupsi juga saat mereka menjadi pelajar atau mahasiswa. Tapi mengapa? bukankah secara logika, semakin tinggi pendidikan idealnya semakin besar pula tanggung jawabnya. Apakah sistem pendidikannya salah atau gagal total? Tentu tidak, buktinya masih ada orang-orang hebat hasil jebolan dunia pendidikan. Lalu apakah mereka beragama? Secara status semua dari mereka beragama. Apakah agama salah? TIDAK! Kita tidak boleh serta merta menyalahkan suatu sistem. Jadi, apakah pelajaran yang bisa kita ambil? Ketika saat ini kita menjadi orang-orang yang kontra akan korupsi, belum tentu kita mampu menahan godaan seperti yang telah mereka (para koruptor) alami ketika sudah berada di posisi-posisi tersebut. Seorang kyai saja bisa terjerumus kawan. Jadi solusi terbaik adalah dengan menjadi contoh. Artinya, mari kita pertebal keimanan dan menghindari korupsi mulai dari hal-hal yang kecil. Lalu bukankah kita juga berkewajiban mengingatkan dan memberantas? Ya, suarakanlah hal tersebut sesuai dengan posisi dan peran kita saat ini. Sementara untuk urusan mengadili, serahkanlah pada pemerintah. Bantu pemerintah, kritisi dan berikan saran jika salah, janganlah kita hanya mencaci dan mencari-cari kesalahan. Saya yakin Anda punya solusi-solusi lainnya yang lebih baik lagi. Tulisan ini hanya salah satu bentuk kepedulian yang bisa saya realisasikan untuk saat ini. Jika Anda ingin berbagi solusi atau ingin mengoreksi tulisan ini, silahkan cantumkan di kolom komentar.
Terimakasih..
Salam sukses!
Asep Hermansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar