Selasa, 31 Desember 2013

Pamali


"Jangan makan di depan pintu, kelak akan berakibat sulit mendapat jodoh"
"Jika Anda bangun tidur terlalu siang hingga matahari hampir berdiri, akan berakibat bentuk rezeki yang akan datang akan selalu menjauh kembali"
"Janganlah Anda mengeluarkan suara ketika sedang makan, karena akan berakibat menjadi bahan gunjingan orang lain, atau menjadi pengundang binatang buas"

Pernahkah Anda mendengar ungkapan-ungkapan di atas? mungkin dari orang tua, nenek atau dari sumber lain. Mungkin diantara Anda ada yang dibesarkan dengan larangan-larangan seperti di atas tetapi dalam bahasa daerah tempat Anda tinggal?. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Jawa larangan-larangan tersebut tentu sudah tidak asing lagi. "Pamali", begitu orang sunda menyebutnya atau orang jawa mengenalnya "ora ilok". Pamali ini berisi pantangan-pantangan yang di dalamnya terdapat hukum sebab-akibat. Uniknya, antara sebab dan akibat ini sering kali tidak ada kaitannya sama sekali bahkan secara logika tidak masuk akal. "Jangan duduk di atas meja karena akan menyebabkan Anda memiliki banyak hutang" Secara logika tentu sangat tidak berkaitan antara duduk di atas meja sebagai penyebab dengan banyak hutang sebagai akibat. Contoh lain, "Janganlah mendahului makan sebelum orang tua makan, karena akan menjadikan sulit untuk mendapatkan rezeki". Sekarang coba kita lihat dari segi esensi (baca : makna), meskipun cenderung tidak masuk akal, sebagian besar pamali yang saya jumpai berisi larangan-larangan yang positif, artinya perbuatan yang dilarang tersebut memang buruk atau tidak sesuai etika. Makan di depan pintu misalnya, tanpa diikuti dengan "kelak akan berakibat sulit mencari jodoh" pun kita sudah mengerti bahwa hal tersebut tidak baik karena apabila kita makan di depan pintu kita akan menghalangi jalan orang yang akan keluar atau masuk ke rumah kita. Secara akal sehat juga kita tahu bahwa tempat makan adalah di meja makan atau sekalipun lesehan tempat makan tersebut haruslah di tempat yang tidak mengganggu orang lain. Bangun terlalu siang juga tidak baik karena hal tersebut menunjukkan sifat malas dan ketidakteraturan. Bagi anak sekolahan bangun terlalu siang sudah jelas akan mengakibatkan dia terlambat (jika jadwal sekolahnya pagi). Bagi seorang pedagang, bangun terlalu siang tentu akan menyebabkan kesempatannya menjadi semakin sempit (waktu berjualan lebih sempit). Mungkin ini salah satu alasan kenapa bangun terlalu siang dikaitkan dengan susah mendapat rezeki. Di daerah tempat saya tinggal, mitos pamali ini memiliki sugesti lebih kuat daripada larangan dengan makna sebenarnya. Sebagai contoh adalah larangan kencing di bawah pohon. Pohon-pohon rindang adalah tempat para petani untuk melepas lelah setelah seharian bekerja di sawah, sayangnya beberapa orang justru malah buang air kecil di bawahnya. Anehnya, kegiatan tersebut terus berlangsung sekalipun ada tulisan "Dilarang kencing di sini!". Tapi di beberapa pohon justru tidak ada satupun orang yang kencing di bawahnya meskipun tidak ada larangan secara tertulis. Setelah saya telusuri ternyata ada mitos yang berkembang di masyarakat bahwa jika ada yang kencing di bawah pohon tersebut, maka (maaf) kemaluannya akan membengkak karena pohon tersebut ada penunggunya. Tentu saja pohon yang tidak dikencingi tersebut menjadi nyaman untuk beristirahat. Terlepas dari mitos tersebut terjadi atau tidak, dari fenomena ini kita dapat melihat betapa besarnya pengaruh dari pamali.

Ada orang yang berpendapat bahwa pamali ini bisa menyebabkan syirik. Namun kita tidak berhak menghukumi seseorang itu syirik karena tidak ada yang tahu hati orang tersebut selain dirinya dengan Sang Pencipta. Tapi kita juga harus menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan syirik itu sendiri. Terlepas dari hal tersebut, marilah kita pandang esensi dari pamali. Jika pesan yang terkandung di dalamnya baik maka sangat salah jika kita mengabaikannya. Maksud saya, lihatlah manfaat yang sebenarnya Anda peroleh dari larangan tersebut. Tapi, saya pikir akan lebih baik apabila kita menyampaikan sebuah pesan dengan kata-kata yang sebenarnya. Dan akan lebih baik pula jika kita menerima pesan tersebut serta mengerjakannya.

Senin, 30 Desember 2013

Sekolah ???


Sekolah. Apa persepsi yang pertama kali muncul di benak Anda saat mendengarnya? menyenangkankah? susahkah? rumitkah? capek? malas? sedih? takut? tugas? belajar? atau mungkin Anda punya persepsi sendiri. Bagi sebagian orang mungkin sekolah adalah proses yang menyenangkan, bagi sebagian yang lain mungkin sekolah sangat membuat frustasi dan sama sekali tidak menyenangkan, bagi orang-orang yang tidak berkesempatan untuk duduk di bangku sekolah mungkin sekolah adalah impian yang sangat sulit diraih, bagi sebagian guru mungkin sekolah adalah ladang amal untuk berbagi ilmu, bagi sebagian yang lain mungkin sekolah adalah tempat mencari nafkah. Ya, pandangan setiap orang mungkin berbeda-beda tentang sekolah dan tidak ada yang salah tentang itu. Bagi saya sendiri, sekolah itu kadang-kadang. Maksudnya, kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membuat lelah, kadang-kadang membosankan, bahkan kadang-kadang saya ingin keluar dari sekolah, tapi kadang-kadang saya juga ingin menyekolahkan orang lain karena saya merasa sekolah itu banyak manfaatnya. Saya pikir wajar apabila sewaktu-waktu kita merasa jenuh dengan rutinitas di sekolah dan tentunya wajar juga jika kadang-kadang kita merasa sangat bersemangat. Banyak orang yang berpikir bahwa sekolah hanya sebatas tempat untuk menimba ilmu. Lebih dari itu, saya pikir sekolah juga tempat nongkrong, sekolah juga tempat bermain, sekolah adalah tempat membangung relasi, bahkan sekolah juga tempat awal pergaulan bebas, tapi dari bangku sekolah juga lah lahir orang-orang hebat. Ada yang mengatakan "sekolah yang baik ya, supaya pintar". Lebih dari itu, saya lihat beberapa orang justru tidak berkembang sama sekali dengan sekolah, sebagian orang malah frustasi dengan sekolah, tapi banyak orang juga yang sukses dengan bersekolah. Beberapa orang berpikir bahwa dengan sekolah dia akan menjadi orang yang terhormat. Lebih dari itu, buktinya seorang pedagang bisa lebih dihormati karena kejujuran dan kelembutan perilakunya, seorang tukang becak lebih dihormati karena ketulusan hatinya, seseorang yang sudah sekolah tinggi justru melakukan sesuatu yang membuatnya hina, tapi seorang lulusan terbaik suatu sekolah juga sangat dihormati karena keluasan ilmunya. Teman saya berpikir bahwa dengan bersekolah dia akan menjadi orang kaya. Lebih dari itu, saya juga melihat seorang sarjana justru menganggur dan kesulitan mencari penghasilan, seorang tukang bubur malah lebih sukses dengan jualan buburnya, seorang pemilik warung nasi bisa berpenghasilan sangat besar dari hasil penjualannya, tapi banyak juga lulusan sekolah yang sangat sukses hingga berpenghasilan milyaran bahkan triliunan rupiah. Akhir-akhir ini saya sering mendengar orang mengait-ngaitkan antara dikeluarkan dari sekolah dengan kesuksesan. Beberapa orang berpikir bahwa orang-orang yang dikelurkan dari sekolah justru malah menjadi orang-orang hebat, nama Bill Gates dan Steve Jobs tentu selalu terucap dalam argumen mereka. Benar memang, latar belakang orang-orang hebat tersebut adalah orang-orang yang meninggalkan dunia sekolah. Lebih dari itu, ada juga kok Bill Gates-Bill Gates lain, Steve Jobs-Steve Jobs lain yang merupakan lulusan sekolah. Jadi, sekolah bukanlah segalanya. Sekolah tidak menjamin Anda menjadi orang yang lebih baik tetapi hanya memfasilitasi Anda apabila Anda ingin berproses menjadi lebih baik melalui sekolah. Sekolah tidak menjamin Anda akan menjadi orang pintar, kecuali jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi orang pintar melalui sekolah. Sekolah tidak menjamin Anda kaya, tetapi sekolah adalah salah satu cara untuk menjadi orang kaya. Sekolah tidak membuat Anda terhormat, kecuali Anda bisa menjaga kehormatan Anda sendiri dan menghormati orang lain. Jadi, sekolah itu tidak menjamin tetapi hanya salah satu jalan. Kesuksesan kita sendiri yang menentukan (tentunya dengan takdir Tuhan). Sekolah atau tidak, tetap semangat dan lakukan yang terbaik. Selamat belajar di universitas kehidupan.

Minggu, 29 Desember 2013

Maling Negeri

Kawan! sebelum lanjut membaca, yuk kita jernihkan dulu pikiran agar hasilnya kita tidak bersikap apatis terhadap topik klasik dan berbahaya ini. Ya, minimal kita punya semangat serta kemauan lebih untuk memulainya dari diri sendiri.

Anda tentu sudah sering mendengar, membaca, melihat tayangan di media elektronik, dan sumber-sumber lain kalau nama Indonesia selalu berada di deretan atas dalam hal korupsi. Hal ini tentu bukan sesuatu yang patut kita banggakan, ini memalukan. Korupsi itu bisa dibilang istilah keren dari kegiatan maling atau merampok. Kenapa keren? karena pada umumnya "praktek" ini dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan kemudian kostum yang mereka gunakan pun mirip kostum pejabat atau memang pejabat, tetapi kegiatannya tetap saja jahat yakni maling/merampok. Bahkan dari segi nominal, koruptor ini lebih picik dari seorang maling ayam atau maling sandal. Digit uangnya tak jarang mencapai belasan bahkan kurang keren mungkin kalau belum mencapai belasan. Namun ingat kawan kita tidak bisa menghukumi semua pejabat itu koruptor yang saya bahas disini adalah oknum-oknumnya, yakinlah masih ada pejabat yang berhati mulia dan berkata jujur. Apresiasi untuk mereka! Ingat juga bencilah pada perbuatannya jangan membenci orangnya, justru kewajiban kita adalah mengingatkan. Lanjut, korupsi ini merupakan kejahatan yang merugikan banyak pihak dan boleh dibilang sebagai penghambat paling besar untuk kemajuan suatu negara termasuk negara kita. Bagaimana tidak? semua kebijakan mau sekeren dan sehebat apapun tetap saja akan terhambat bahkan tidak menutup kemungkinan akan gagal apabila anggaran dananya dikorupsi. Pembangunan fasilitas umum tidak akan terlaksana bahkan pembuatan wc umum sekalipun mustahil terwujud kalau masih ada oknum-oknum yang demikian. Yang lebih mengerikan lagi korupsi ini tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat saja akan tetapi di instansi-instansi bawahan sekalipun benih korupsi sudah ada dan tak terbatas pada perangkat negara saja. Agar saya tidak sekedar nulis, silahkan dilihat sendiri :

Kasus Proyek Hambalang
Kasus Bank Century
Kasus Simulator SIM
Kasus Lainnya

Mengerikan. Begitu banyak kasus yang terjadi serta dari berbagai elemen pula. Mungkin di luar sana masih banyak kasus-kasus yang skalanya lebih besar lagi. Namun beberapa contoh di atas sudah cukup membuat hati ini geram. Mungkin saat ini Anda berada di pihak yang sangat menentang korupsi atau bahkan Anda adalah aktivis dalam pergerakan anti korupsi. Tapi, terkadang kita lupa akan satu hal, mereka pun (para koruptor) bukanlah orang-orang yang tidak berpendidikan. Maksudnya, mereka juga dahulunya adalah seorang pelajar yang dididik di sekolah mereka dan pastinya sudah mendapatkan pencerahan tentang korupsi. Lalu mereka pun dahulunya adalah seorang mahasiswa yang memiliki semangat dan idealisme tinggi untuk bergerak memperbaiki bangsa ini. Bahkan bukan tidak mungkin mereka pernah menjadi aktivis anti korupsi juga saat mereka menjadi pelajar atau mahasiswa. Tapi mengapa? bukankah secara logika, semakin tinggi pendidikan idealnya semakin besar pula tanggung jawabnya. Apakah sistem pendidikannya salah atau gagal total? Tentu tidak, buktinya masih ada orang-orang hebat hasil jebolan dunia pendidikan. Lalu apakah mereka beragama? Secara status semua dari mereka beragama. Apakah agama salah? TIDAK! Kita tidak boleh serta merta menyalahkan suatu sistem. Jadi, apakah pelajaran yang bisa kita ambil? Ketika saat ini kita menjadi orang-orang yang kontra akan korupsi, belum tentu kita mampu menahan godaan seperti yang telah mereka (para koruptor) alami ketika sudah berada di posisi-posisi tersebut. Seorang kyai saja bisa terjerumus kawan. Jadi solusi terbaik adalah dengan menjadi contoh. Artinya, mari kita pertebal keimanan dan menghindari korupsi mulai dari hal-hal yang kecil. Lalu bukankah kita juga berkewajiban mengingatkan dan memberantas? Ya, suarakanlah hal tersebut sesuai dengan posisi dan peran kita saat ini. Sementara untuk urusan mengadili, serahkanlah pada pemerintah. Bantu pemerintah, kritisi dan berikan saran jika salah, janganlah kita hanya mencaci dan mencari-cari kesalahan. Saya yakin Anda punya solusi-solusi lainnya yang lebih baik lagi. Tulisan ini hanya salah satu bentuk kepedulian yang bisa saya realisasikan untuk saat ini. Jika Anda ingin berbagi solusi atau ingin mengoreksi tulisan ini, silahkan cantumkan di kolom komentar.

Terimakasih..
Salam sukses!
Asep Hermansyah

Pesta Dadung


Pesta Dadung? Pernah mendengarnya? Mungkin tradisi ini terdengar asing bagi anda terutama yang berada di luar Jawa Barat. Kesenian yang keren ini telah hidup sejak ratusan tahun lalu (diperkirakan sejak abad ke-18) berasal dari sebuah desa kecil yang indah, Legokherang, Kec. Cilebak, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Dadung sendiri artinya tambang, biasanya terbuat dari serat kulit kayu waru, berfungsi untuk mengikat kerbau atau sapi. Ya, pesta dadung merupakan kesenian para penggembala (budak angon). Pada awalnya tradisi ini berupa kaulinan barudak yang dilakukan oleh para penggemabala untuk mengisi waktu luang saat menggembala di huma atau ladang. Lalu tradisi ini mengalami perubahan dari kaulinan barudak menjadi suatu tradisi sebagai sikap syukur penduduk setempat terhadap hasil panen karena mayoritas mata pencaharian mereka adalah dari sektor pertanian. Konon sejak awal, kesenian ini difungsikan untuk ritus kesuburan (pertanian). Ritus ini dimaksudkan sebagai bentuk pemujaan terhadap Ratu Galuh yang dipercaya sebagai ratu pelindung hewan. Ratu Galuh adalah penggembala ‘batin’ dengan banyak julukan seperti Nyai Pelenggirarang, Sang Ratu Biting, Sang Ratu Bopong, Ratu Geder Dewata, atau Ratu Koja Dewatana. Julukan sebagai ratu penggembala ini berkaitan erat dengan tipologi masyarakat Sunda yang tergolong sebagai masyarakat pastoral atau masyarakat ladang. Para penggembala (budak angon) ini sengaja diupacarakan agar mereka lebih semangat dan bergairah dalam menggembalakan ternaknya (biasanya kerbau atau sapi). Pesta dadung memiliki beberapa tahapan yaitu Rajah Pamunah, Tulak Allah atau Qulhu Sungsang, dan hiburan (tayuban). Rangkaian acara tersebut baru akan dimulai setelah semua persyaratan lengkap. Persyaratan? ya, sebelum dimulai ada beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu pengumpulan dadung sepuh atau dadung pusaka, yakni dadung yang paling besar (dadung keramat) serta dadung para penggembala, dan sesajen yang terdiri atas: parawanten, rurujakan, dan jajanan pasar. Setelah siap, barulah sesepuh mulai membakar kemenyan dan membacakan mantra. Ini dia mantranya :
Allah kaula pangampura
parukuyan rat gumilang
aseupna si kendi wulang
ka gigir ka para nabi
ka handap ka ambu ka rama
nu calik tungtung damar
kadaharan tungtung kukus
sakedap kanu kagungan


Setelah mantra selesai dikumandangkan, dadung para penggembala diambil oleh para pemiliknya. Sementara dadung keramat diletakkan diatas sebuah baki dan dibawa oleh ronggeng sambil menari. Dadung tersebut kemudian diberikan kepada Kepala Desa dan diserahterimakan kepada Raksabumi untuk diberikan kepada sesepuh upacara. Gulungan dadung dibuka, ujung yang satu dipegang sesepuh upacara dan ujung yang satunya lagi dipegang oleh ketua RT. Sesepuh upacara kemudian melantunkan kidung rajah pamunah, yang diteruskan dengan pembacaan tulak Allah. Setelah itu, dadung kemudian ditarikan oleh kepala desa disertai para aparat desa dan ronggeng dalam iringan lagu renggong buyut. Setelah selesai, dadung kemudian disimpan kembali dan acara dilanjutkan dengan tayuban. Penarinya adalah para penggembala dan masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut. Mereka menari sampai pagi dan berakhir sekitar pukul 04.00 pagi. Kini, pesta dadung tersebut dijadikan sebagai salah satu bagian dari upacara miceun hama (membuang hama) di Situ Hyang dalam rangkaian upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan. Oh iya, sebenarnya pesta dadung diiringi oleh gamelan renteng tetapi karena gamelannya terbakar pada masa DI/TII akhirnya diganti dengan dogdog dan kini diiringi oleh gamelan pelog atau salendro. Dahulu, tradisi ini dilaksanakan setiap tahun menjelang musim tanam atau pada masa katiga (menjelang musim hujan turun) kemudian waktu pelaksanaannya diubah menjadi setiap tanggal 18 Agustus berkaitan dengan HUT Kemerdekaan RI. Namun, saat ini pesta dadung hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu (tidak setiap tahun). Kendati dalam perjalanannya tidak semulus tradisi lain. Namun paratetua/sesepuh desa tidak mengharapkan tradisi tersebut punah karena tradisi ini sudah turun temurun.
referensi :